Traveling During The New Normal: How to Keep You (and Others) Safe

    Wabah coronavirus disease (COVID-19) yang bermula pada akhir tahun 2019 di kota Wuhan telah merebak ke seluruh penjuru dunia. Sudah banyak korban jiwa, termasuk mereka yang harus kehilangan nyawa, ditinggal orang-orang tercinta hingga pekerjaannya. Sayangnya, negara kita juga harus ikut ambil bagian dalam pandemi ini. Hingga saat ini, Indonesia menempati peringkat pertama dalam hal jumlah penderita COVID-19 di Asia Tenggara. Persentase kematian di tanah air pun termasuk yang terburuk secara regional. Namun, kehidupan harus tetap berjalan. Pemerintah pun telah mencanangkan tatanan hidup baru atau "new normal" dalam menyikapi permasalahan ini. Dengan diterapkannya new normal, maka transportasi hingga tempat wisata yang sempat ditutup pun akhirnya dibuka kembali. Nah, apabila sobat hendak atau terpaksa harus bepergian mengunjungi tempat wisata karena satu dan lain hal, maka ada beberapa tips yang kudu diperhatikan. Tentunya sobat nggak mau kan kalau sepulang dari bepergian malah sakit atau justru menularkan ke orang sekitar?  Yuk, kita bedah satu per satu kiat-kiat traveling di era new normal ini. 


kuala lumpur airport
Traveling won't be the same...at least for the moment 😩 (Lokasi: KLIA)

1. Stay home atau di rumah aja!
    Kecuali rumah sobat terletak di tengah Segitiga Bermuda, sepertinya sebagian besar orang setuju bahwa tempat teraman saat ini adalah di rumah. Dengan di rumah saja, tentunya risiko penularan dapat kita kurangi. Namun, bila terpaksa harus meninggalkan rumah, maka sobat bisa skip saja poin pertama ini. 


2. Rencanakan dan analisis destinasi tujuan
    Kalau sebelumnya kita terbiasa untuk langsung go show ke destinasi tujuan, kali ini cara tersebut sangat nggak direkomendasikan. Pemilihan destinasi, akan ke mana saja selama di tempat itu hingga tempat menginap harus kita pertimbangkan berdasarkan risiko penularan. Prinsipnya pilihlah tepat yang memiliki sirkulasi udara yang baik, memungkinkan kita untuk menjaga jarak setidaknya 2 meter antar pengunjung dan tidak terdapat kerumunan. Sebagai contoh, mengunjungi pantai yang sepi lebih aman dibandingkan menonton bioskop atau konser. Dalam hal ini, destinasi di alam terbuka umumnya lebih baik dibanding ruangan tertutup yang istilahnya udaranya "itu-itu saja". Tempat-tempat yang berisiko tinggi terjadi penularan misalnya klub malam, bar, bioskop hingga transportasi umum, semisal bus atau kereta.  
   Selain itu, bagi kita yang sering menginap di hostel sehingga aktivitas bermalam dengan stranger tidak terelakkan, sepertinya sementara waktu harus dilupakan. Menyewa kamar sendiri jauh lebih baik dibanding tidur bersama-sama dengan orang yang tidak dikenal dengan riwayat kesehatan yang tidak jelas, bukan?


Tempat yang sepi selalu menyedihkan? Hmm, kalau pemandangannya begini, apa menyedihkan? 😎 (Lokasi: Koh Rong, Kamboja)


3. Pakai masker yang tepat secara benar
  Mungkin banyak dari kita yang sudah bosan dengan kalimat ini, tapi kenyataannya masih banyak yang acuh. Mulai dari tidak memakai masker sama sekali hingga memakai masker tapi digantung di leher. Nah kawan, selama status kita masih manusia bumi yang bernapasnya lewat hidung, cara memakai masker yang benar itu adalah kudu menutupi hidung hingga dagu, ya. Kecuali nanti kalau statusnya berubah jadi amfibi yang napasnya lewat difusi kulit, boleh kemudian digantung di leher. Untuk masker yang digunakan bisa masker kain, sedangkan  untuk si kecil yang usianya di bawah 2 tahun cukup dipakaikan face shield kalau memang butuh bepergian.
   Tetapi tidak jarang juga kita mendengar orang-orang yang berkata bahwa mereka tidak pernah memakai masker, namun sampai saat ini tetap hidup. Pertama-tama, kita harus mengucapkan selamat kepada mereka karena tetap hidup dan mendoakan agar sehat selalu. Tapi begini, kalau dibuat perumpamaan, apakah dengan tidak menggunakan helm saat naik motor pasti pengemudinya meninggal saat itu juga? Belum tentu, bukan? Bisa saja saat perjalanan ke 1.000 si pengemudi baru mengalami kecelakaan, bukan? Seperti itulah analoginya, masker itu ibarat alat pelindung diri. Apakah kita pasti tertular kalau nggak mengenakan masker? Ya, belum tentu. Tapi dengan mengenakan masker, maka setidaknya kita berusaha melindungi diri kita dan tidak menularkan ke orang di sekitar kita, karena saat ini kita tidak tahu siapa yang sakit dan siapa yang tidak.


4. Rajin mencuci tangan & hindari menyentuh daerah wajah
    Virus corona dapat bertahan hidup di berbagai permukaan benda dari beberapa jam hingga hari (rata-rata 1 hingga 5 hari). Nah, kalau kita menyentuh benda-benda yang sudah tercemar, misalnya pada majalah di pesawat, gagang pintu atau pegangan di kendaraan umum yang permukaannya sudah terdapat butiran dahak (droplet), dan setelahnya menyentuh wajah kita, maka bisa saja virus masuk ke tubuh kita. Oleh karena itu, penting untuk rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Apabila tidak tersedia, maka hand sanitizer bisa digunakan. Jadi, jangan lupa untuk selalu membawa hand sanitizer saat bepergian, ya.
   Yang tidak kalah penting namun sering terlupakan adalah kebiasaan menyentuh daerah wajah. Secara nggak sadar, sering kita melakukan hal ini, entah mengucek mata hingga menepok jidat. Mungkin agak sulit untuk menghilangkan kebiasaan ini, namun mari kita coba yuk untuk tidak sering-sering menyentuh daerah wajah. Tapi kalau memang kebelet untuk menyentuh, usahakan cuci tangan dulu ya, kawan.     


5. Jaga jarak 
  Menjaga jarak dengan orang lain pada saat di perjalanan atau di tempat destinasi penting, lho. Karena dengan menjaga jarak 2 meter, atau setidaknya 1 meter, kita dapat melindungi diri kita dan orang lain dari bahaya penularan virus yang masih satu keluarga dengan penyebab wabah SARS dan MERS ini. Dasarnya adalah droplet umumnya dapat mencapai jarak 2 meter atau bahkan bisa saja lebih jauh apabila terbawa angin. Ingat, masker bukan merupakan pengganti jaga jarak, karena semakin dekat kita dengan sumber paparan, maka akan semakin besar pula risiko kita terpapar. 


natuna beach
Sandal aja jaga jarak, masa kita nggak bisa? ✌ (Lokasi: Pulau Senoa, Natuna)


6. Perkuat daya tahan tubuh
    Daya tahan tubuh kita diibaratkan benteng terakhir. Apabila dengan upaya-upaya di atas virusnya tetap masuk, maka daya tahan tubuh kitalah yang akan berperang melawannya. Untuk menjaga daya tahan tubuh, penting untuk tetap berolahraga secara teratur, istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi dan minum cukup air mineral. Jadi, kalau dulu budget bisa ditekan lewat makanan, saat ini sepertinya agak kurang tepat. Begitu juga apabila dulu kita terbiasa "menggeber" fisik kita selama perjalanan untuk mengunjungi berbagai tempat, saat ini harus disesuaikan dengan kondisi tubuh agar tidak kelelahan. Selain itu, penting juga untuk menjaga pikiran positif dengan cara tidak stres misalnya.  


7. Etika batuk dan bersin yang benar
    Yang satu ini mungkin tidak secara langsung berdampak pada kita, melainkan untuk orang di sekitar kita. Cara menutup hidung dan mulu saat batuk atau bersin yang benar adalah dengan menggunakan tisu atau lengan atas bagian dalam. Hal ini penting untuk melindungi orang lain di sekitar kita, karena saat kita batuk atau bersin maka droplet atau partikel-partikel kecil lainnya dapat tersembur hingga beberapa meter. Memang benar kita memiliki hak untuk batuk dan bersin, namun orang lain di sekitar kita juga memiliki hak untuk tidak tertular dan hidup sehat, bukan?


    Bagaimana teman-teman, sepertinya agak ribet ya? Betul sekali. Pengeluaran pun pastinya akan menjadi lebih besar. Namun itulah konsekuensi yang harus diambil apabila kita harus bepergian di masa pandemi ini. Akhirnya, banyak orang yang kecewa karena rencana yang telah disusun berantakkan. Tenang, it is okay to not be okay. Saya pun juga begitu, harus merelakan beberapa rencana yang telah disusun. Kecewa? Jangan ditanya, tapi menurut saya saat ini yang terpenting adalah menjaga kesehatan diri kita dan orang-orang di sekitar kita sehingga nantinya kita bisa menyusun lagi rencana-rencana. Karena dengan menerapkan gaya hidup bersih dan sehat, maka kita juga mencegah penyakit lain untuk hinggap di tubuh kita. Stay alive, stay sane and stay positive! 😜   
            
Baca juga:

Comments

Popular posts from this blog

Eksplorasi Gunung Ranai Natuna (The Sequel)

Tips Wisata atau Liburan ke Natuna

Natuna: A Piece of Paradise