Mengunjungi Mesir dan negara-negara Timur Tengah lainnya merupakan salah satu bucket list saya. Berada di tengah hamparan padang pasir luas dan beristirahat di oasis selalu menjadi impian saya sejak kecil. Apalagi salah satu buku favorit saya, The Alchemist karya Paulo Coelho, menggambarkan perjalanan di Maroko hingga Mesir. Hal tersebut ditambah dengan kudapan khas Timur Tengah yang sangat cocok di lidah saya. Namun, mengunjungi negara-negara tersebut nggak gampang sama sekali. Selain karena harga tiket yang aduhai mahalnya, juga biaya hidup di sana, terutama di Jazirah Arab, yang menurut info cukup mencekik leher (kabarnya gitu ya, saya sih belum pernah). Tapi, tahukah sobat kalau di negara tetangga kita terdapat destinasi dengan nuansa alam Timur Tengah? Tempat tersebut adalah Mui Ne yang berada di selatan negara Paman Ho. Alhasil, saat backpacking ke Vietnam, langsung saja saya memasukkan destinasi ini ke dalam tujuan perjalanan. Namanya mungkin tidak familier bagi kita yang WNI ini. Waktu menyusun itinerary pun, info perjalanan berbahasa Indonesia nggak banyak yang bisa saya temukan. Kalau yang berbahasa Inggris sih melimpah ruah, jadi sepertinya memang destinasi ini terkenal, tapi belum seberapa nge-hits di kalangan traveler Indonesia. Tempat ini sebenarnya hanyalah suatu desa nelayan di Vietnam bagian selatan yang berada di wilayah Phan Thiet. Namun, belakangan namanya mulai naik daun berkat objek wisata sand dunes yang mirip padang pasir. Untuk menuju ke sini, kalau dari Saigon bisa menggunakan bus antarkota yang banyak tersedia di agen-agen perjalanan, termasuk Sinh Tourist yang terkenal di kalangan backpacker Vietnam. Nah, selanjutnya sobat tinggal mencari jadwal bus dengan tujuan Phan Thiet, soalnya nggak ada rute langsung ke Mui Ne.
![backpacking and traveling dan wisata Mui Ne sand dunes vietnam beach backpacking and traveling dan wisata Mui Ne sand dunes vietnam beach](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguCKoyHX188g5lUiQ_ymjRNBEWrTguDpu__duIV1Ltt8B-pZD8vHoFX3OudZKwiuWkF-bOgu9cry_iIK8vApZEYBFW6T9ExgHsmJuW5btpTl3-KYiVDInj7_GMaXGuSkqJcWrwxWh5zMDJ/w625-h469/IMG_20180612_172016-01.jpeg)
Penampakan sand dunes di Mui Ne, Vietnam.
Saya sendiri menggunakan bus malam dari Hoi An yang memakan waktu kurang lebih setengah hari, termasuk transit di Nha Trang yang terkenal itu. Perjalanan dari Nha Trang menuju Mui Ne menyuguhkan pemandangan yang cantik, terutama saat mendekati kota kecil ini. Hamparan padang pasir di kanan dan kiri jalan disertai vegetasi yang jarang-jarang membuat nuansa Timur Tengah semakin terasa (sotoy banget yah, padahal pernah ke sana juga belum). Saya yang masih setengah teler akibat perjalanan panjang semalam suntuk pun langsung merasa excited! Kira-kira mendekati waktu tengah hari, saya dan para penumpang lain dengan tujuan Phan Thiet diturunkan di depan sebuah rumah makan. Setalah itu, saya langsung mencari paket open trip Mui Ne yang banyak ditawarkan di sepanjang jalan utama. Secara umum, trip yang ditawarkan ada dua: sunrise dan sunset. Selebihnya, itinerary yang ditawarkan relatif sama. Di beberapa review, banyak juga traveler yang kecewa karena dengan pelayanan agen tur. Kuncinya adalah mencari info sebelum keberangkatan dan rajin-rajinlah membandingkan harga dan paket trip antar agen. Saya memilih paket sunset trip dengan harga yang cukup terjangkau setelah membandingkan 4 agen. Harganya sudah termasuk transportasi Phan Thiet-Mui Ne PP dengan mobil jip dan retribusi setiap objek wisata.
Perjalanan menuju Mui Ne akan disuguhi dengan pemandangan seperti ini.
Setelah makan siang, saya dijemput oleh seorang driver yang juga merangkap sebagai pemandu dengan jip kuno seperti di film Rambo. Selain saya, pesertanya ada dua orang Thailand yang sedang berlibur (ya iyalah, masa lagi kerja). Tujuan pertama dalam rangkaian trip ini adalah Fairy Stream. Mendengar namanya cukup membangkitkan rasa penasaran saya, kira-kira ada apa ya di balik nama yang ada unsur-unsur "fairy" itu? Sesampainya di lokasi, kami diberi waktu 30 menit untuk mengeksplorasi. Untuk menuju ke lokasinya, kita harus menuruni suatu lereng hingga terlihat suatu sungai kecil dengan kedalaman sekitar 30 cm. Dari sini, kita harus menyusuri sungai yang kedalamannya semakin lama semakin cetek, hingga kurang lebih semata kaki dengan dasarnya yang berupa tanah merah. Sedangkan di kanan dan kiri kami terdapat bongkahan tanah merah yang cukup tinggi hingga menyerupai tebing. Setelah berjalan kurang lebih 15 menit, dengan pemandangan yang sama, saya mulai bertanya-tanya apa sih yang menjadi objek utama destinasi ini? Kok sepertinya dari tadi nggak ada klimaksnya begitu. Akhirnya saya memberanikan diri bertanya kepada orang lokal yang menjual makanan ringan dan jawabannya kira-kira, "ya gini aja sampai ujung"..ha? Udah gitu aja? Hmmm ya baiklah, ambil positifnya aja, masih diberikan rezeki untuk berjalan di atas tanah merah Vietnam yang dialiri air tipis-tipis, pikir saya. Saya hanya masih penasaran aja, istilah fairy stream-nya itu dari mana ya? Hehe...(setelah mencari info lebih lanjut lewat internet, ternyata tempat ini dianggap sebagai miniaturnya Grand Canyon di Amerika sana! Okelah bebas aja kalau begitu!)
![perjalanan menuju backpacking dan wisata mui ne fairy stream sand dunes vietnam perjalanan menuju backpacking dan wisata mui ne fairy stream sand dunes vietnam](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheNSnTz_W_1-XF1eiWWVHrmuSZJOa8_NgdJCU0K3CDCrV19TgRpvF6tb4RVq0ociky_8aNfwbeat79hlg7FRP1FMzuftK3n9CBekvKqLm0ZjLkVUTe1Ua7W-W6RbspcHvslkhsz18Hsv0L/w640-h480/IMG_20180612_135459.jpg)
Langkah awal yang diiringi rasa penasaran mengenai apakah yang ada di ujung sana..
Penampakan Fairy Stream yang diklaim sebagai Grand Canyon-nya Mui Ne
Setelah puas berjalan di atas tanah merah berair dengan nuansa Grand Canyon-nya Vietnam, kami melanjutkan perjalanan dengan mobil jip klasik buatan Amerika. Rute trip ini prinsipnya semakin lama semakin menjauhi kota Phan Tiet dan menuju Mui Ne yang berada di arah utara. Sepanjang perjalanan saya memerhatikan aktivitas warga yang mayoritas bekerja sebagai nelayan. Ternyata kehidupannya mirip dengan suasana kampung-kampung pesisir di Tanah Air, mulai dari anak-anak yang berlari-larian, abege yang nongkrong-nongkrong sambil menyeruput minuman hingga ibu-ibu yang menjajakan hasil laut. Tak terasa, akhirnya kami sampai di destinasi selanjutnya-desa nelayan Mui Ne. Kalau desa nelayan aja sih di negara kita juga banyak, ngapain juga jauh-jauh ke negara tetangga, bukan? Namun ternyata daya tarik yang ditawarkan di sini adalah perahu nelayan yang unik karna bentuknya yang bundar. Di sini kita juga bisa menikmati pemandangan pantai yang, kalau menurut saya, standar aja sih (atau mungkin juga karena waktu itu cuacanya lagi mendung? Mungkin kalau lagi cerah akan lebih cantik). Di destinasi ini, kami tidak diberikan banyak waktu karena cuaca yang sedang mendung sehingga dikhawatirkan akan turun hujan. Setelah puas berfoto-foto, kami kembali ke jip dan dimulailah perjalanan ke destinasi yang sesungguhnya-sand dunes! Ya, kalau kata babang driver jip kami, dua destinasi ini ibarat appetizer-nya, dan destinasi selanjutnya ibarat main course! Gaya bener, deh 😎. Apapun itu, yang jelas saya yang mengantuk mulai terlelap diiringi hembusan angin pantai...
![perjalanan menuju backpacking dan wisata mui ne fairy stream sand dunes vietnam 5 perjalanan menuju backpacking dan wisata mui ne fairy stream sand dunes vietnam 5](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdJHOvF7WqOHvj-gQdsmXWgxso5AjM9ZBOCUH_qy0WLqVzirY0EkSi7ICnGC23iBWWuMkf7CdRwoP_TPd_VCjKe6f9G_qyhi2TPRFg3srpdWn3189a-dO_Ah9HucKZW_ieCuw5fi3q04tn/w640-h480/IMG_20180612_150102.jpg)
Situasi pasar hasil laut di Mui Ne.
Jip kami numpang eksis dulu di tepi pantai Mui Ne, hehe..
Baca juga:
Comments
Post a Comment