Terdampar di Gili Labak: Surga Tersembunyi di Ujung Pulau Garam
Sebagai orang Jakarta yang lahir dan juga dibesarkan di ibu kota, pengetahuan saya tentang Pulau Madura sangat sedikit. Dasar anaknya doyan makan, maka hal yang sering terdengar tentu saja kulinernya seperti sate dan soto khas pulau garam itu. Lebih dari itu? Jujur saja, yang banyak saya dengar adalah Madura itu panas dan gersang. Namun, ternyata pulau di Provinsi Jawa Timur ini menyimpan sebuah destinasi eksotis yang bernama Gili Labak. Untuk saya yang orang Jakarta, nama pulau ini belum familiar. Namun, saat saya berada di Surabaya, cukup banyak orang yang merekomendasikan tempat ini. Sebagai penggemar pantai, saya pun langsung mencari-cari info mengenai pulau yang terletak di Kabupaten Sumenep ini. Awalnya saya berniat untuk backpacking sendiri ke sini, namun ternyata agak rumit caranya dan biayanya pasti bengkak, karena harus menyewa perahu. Untungnya karena kemajuan zaman, sekarang open trip sangat menjamur, termasuk ke Gili Labak ini. Secara umum tripnya ada 2, yaitu 1 hari dan 2 hari. Dengan harga yang cukup bersahabat, fasilitasnya sudah termasuk transportasi Surabaya-Sumenep, konsumsi, tenda (untuk yang bermalam) dan yang terpenting, biaya perahu tentunya. Tjakep! Saya yang saat itu sedang penat dan butuh asupan vitamin pantai, akhirnya memilih paket 2 hari 1 malam. Membayangkan menikmati hembusan angin malam di tepi pantai dengan api unggun dan bercengkerama dengan traveler lain sambil mendengar deburan ombak membuat saya semakin nggak sabar untuk memulai perjalanan. Apalagi ini merupakan kali pertama saya mengunjungi Tanah Madura.
Singkatnya, hari H telah tiba. Para peserta diminta untuk berkumpul di meeting point yang diunjuk, yaitu stasiun Gubeng Surabaya, pada Jumat malam. Setelah menunggu 2 peserta lain, kami pun berangkat dengan menggunakan mobil minibus karena jumlah peserta trip yang tidak terlalu banyak. Baguslah, kalau terlalu ramai malah bisa merusak suasana pulau, pikir saya. Kami dijadwalkan untuk tiba di pelabuhan Kaliadem pada waktu subuh, dan setelahnya menyebrang ke pulau untuk menikmati sunrise. Waktu saat itu menunjukkan sekitar pukul 01.00 WIB, dan suasana hening di mobil serta jalanan yang gelap dan sepi setelah kami melintasi jembatan Suramadu menjadi pengantar tidur saya.
Destinasi pertama kami adalah Gili Genting dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Di pulau ini sudah banyak terdapat cottage dan warung-warung yang menjual makanan seperti mi instan hingga bakso. Apabila sobat mengikuti program open trip, kemungkinan fungsi pulau ini hanya untuk transit makan siang. Sambil menikmati makan siang, kami saling berkenalan antar peserta trip. Ada yang datang dari Bojonegoro, Solo dan satu keluarga dari Sidoarjo. Saat itu hanya saya yang solo traveler, tapi beruntungnya peserta trip lainnya pada gokil-gokil. Setelah makan siang bersama, kami melihat keadaan sekitar. Pantainya berpasir putih, air lautnya juga cukup jernih dan view-nya lumayan bagus, walaupun sayang mulai banyak sampah. Sangat disayangkan, namun sepertinya memang jadi risiko tempat wisata yang mulai hits di negara kita, ya. Di pantai ini banyak ornamen yang bisa digunakan untuk berfoto ria. Tidak banyak yang bisa dilihat di pulau itu, jadi setelah mengambil beberapa gambar, kami naik ke perahu untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi utama kami.
Cuaca siang itu panas terik. Jarak tempuh dari Gili Genting ke Gili Labak yang berkisar 1 jam disertai alunan ombak dan angin laut yang sepoi-sepoi membuat saya perlahan terlelap. Namun saya tidak sendiri karena seluruh isi perahu, kecuali abang perahu (yang untungnya nggak ikut bergabung), ternyata tertidur juga. Hingga akhirnya perahu mulai melambat dan nampaklah pulau berpasir putih yang dikelilingi air jernih sehingga koral-koral di dasarnya nampak jelas. Tanpa pikir panjang, saya dan beberapa peserta trip lainnya langsung nyebur! Kondisi karang di sini masih sehat, dan ikan-ikannya cukup berbariasi. Saya banyak berjumpa dengan ikan parrotfish, blue tangs, angelfish dan clownfish alias nemo. Menariknya, di beberapa spot snorkling Gili Labak ini terdapat batu betuliskan "taman nemo", yang di sekitarnya terdapat anemon habitat clownfish berikut ikannya. Tentu saja objek ini menjadi rebutan untuk mengambil gambar. Nah, kalau sobat ke Gili Labak dan melihat pemandangan orang-orang lagi pada ngapung, kemungkinan besar itu sedang menunggu giliran foto di "spot nemo". Overall, saya puas dengan pemandangan bawah laut pulau ini-dan semoga saja tetap terjaga ya. Namun sobat juga harus berhati-hati, karena saya juga menemukan banyak bulu babi di sini.
Setelah puas snorkling, kami naik ke pantai pulau kecil itu. Pantai Gili Labak adalah pantai berpasir putih yang halus. Di sini terdapat beberapa rumah warga yang tidak terlalu padat dan kursi pantai. Tempatnya masih bersih, mungkin karena belum terlalu sering dijamah manusia. Namun, cuacanya panas! Pake banget! Kami yang sudah kehausan pun memesan kelapa dan menikmatinya di bawah pondok. Sesudah itu, kami diajak untuk melihat-lihat keadaan sekitar yang terdapat beberapa ornamen untuk berfoto-foto ria, hingga tulisan Gili Labak yang super besar. Tidak perlu diragukan lagi, spot-spot tersebut pastinya langsung digandrungi oleh para pemburu jepretan. Waktu yang diberikan agak singkat karena pada saat itu mulai mendung, jadi pemandu kami khawatir akan gelombang dapat membahayakan perjalanan. Akhirnya, setelah waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, pemandu kami pun memanggil para peserta 1 day trip untuk naik ke perahu. Dan di sinilah...ternyata hanya saya seorang yang mengikuti trip 2 hari 1 malam! Memang benar sih, kalau saya lebih menyukai pantai atau pulau yang sepi, tapi ya nggak sendirian begini juga!😅 Untungnya masih ada pemandu yang tetap tinggal di pulau. Dengan berat hati, saya melepas kepergian teman-teman peserta trip lain. Mana orangnya pada asyik-asyik pula! Ya sudahlah, semoga suatu saat bisa nge-trip bareng lagi. Amin. Kami pun saling melambaikan tangan hingga perahu pun mulai hilang di kejauhan. Lalu, bagaimana nasib saya selanjutnya? Simak kisahnya di sini, ya. Namun untuk saat ini, sepertinya saya harus merenung sesaat dulu, memikirkan bagaimana cara menghabiskan sisa waktu di Maldives-nya Madura ini.
Mengintip pesona pulau eksotis di ujung pulau garam 🌊
Tiba-tiba mas pemandu membangunkan saya. Saat saya membuka mata, suasana di sekeliling sudah terang benderang. Saya yang terkejut karena mengira kebablasan tidur sampai ditinggal perahu akhirnya bertanya ke pemandu. Oh, ternyata memang kami baru sampai di pelabuhan sehingga jadwalnya molor. Perjalanan yang seharusnya memakan waktu kurang lebih 4 jam harus ditempuh dalam waktu 7 jam gara-gara ada perbaikan jalan. Peserta lain yang datang ke pelabuhan dengan menggunakan kendaraan pribadi pun bercerita hal yang sama. Sepertinya hanya saya di sana yang tidak paham apa yang sebenarnya terjadi selama perjalanan. Saya jadi bingung sendiri, sebenarnya saya tidur atau pingsan selama perjalanan. Setelah semua peserta diabsen, kami mulai berjalan menuju dermaga. Pagi itu, aktivitas di pelabuhan kabupaten terujung Pulau Madura ini dipenuhi oleh para nelayan dan ibu-ibu yang menurunkan muatan ikan dari kapal, karena memang mayoritas penduduk di sana berprofesi sebagai nelayan. Setelah berjalan hingga ke ujung dermaga, kami pun menemukan perahu kami, dan satu per satu perserta naik. Jangkar diangkat, mesin dinyalakan dan-the journey starts!😎
Destinasi pertama kami adalah Gili Genting dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Di pulau ini sudah banyak terdapat cottage dan warung-warung yang menjual makanan seperti mi instan hingga bakso. Apabila sobat mengikuti program open trip, kemungkinan fungsi pulau ini hanya untuk transit makan siang. Sambil menikmati makan siang, kami saling berkenalan antar peserta trip. Ada yang datang dari Bojonegoro, Solo dan satu keluarga dari Sidoarjo. Saat itu hanya saya yang solo traveler, tapi beruntungnya peserta trip lainnya pada gokil-gokil. Setelah makan siang bersama, kami melihat keadaan sekitar. Pantainya berpasir putih, air lautnya juga cukup jernih dan view-nya lumayan bagus, walaupun sayang mulai banyak sampah. Sangat disayangkan, namun sepertinya memang jadi risiko tempat wisata yang mulai hits di negara kita, ya. Di pantai ini banyak ornamen yang bisa digunakan untuk berfoto ria. Tidak banyak yang bisa dilihat di pulau itu, jadi setelah mengambil beberapa gambar, kami naik ke perahu untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi utama kami.
Di sinilah tempat kami diturunkan untuk berjumpa Nemo dan teman-temannya..
Setelah puas snorkling, kami naik ke pantai pulau kecil itu. Pantai Gili Labak adalah pantai berpasir putih yang halus. Di sini terdapat beberapa rumah warga yang tidak terlalu padat dan kursi pantai. Tempatnya masih bersih, mungkin karena belum terlalu sering dijamah manusia. Namun, cuacanya panas! Pake banget! Kami yang sudah kehausan pun memesan kelapa dan menikmatinya di bawah pondok. Sesudah itu, kami diajak untuk melihat-lihat keadaan sekitar yang terdapat beberapa ornamen untuk berfoto-foto ria, hingga tulisan Gili Labak yang super besar. Tidak perlu diragukan lagi, spot-spot tersebut pastinya langsung digandrungi oleh para pemburu jepretan. Waktu yang diberikan agak singkat karena pada saat itu mulai mendung, jadi pemandu kami khawatir akan gelombang dapat membahayakan perjalanan. Akhirnya, setelah waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, pemandu kami pun memanggil para peserta 1 day trip untuk naik ke perahu. Dan di sinilah...ternyata hanya saya seorang yang mengikuti trip 2 hari 1 malam! Memang benar sih, kalau saya lebih menyukai pantai atau pulau yang sepi, tapi ya nggak sendirian begini juga!😅 Untungnya masih ada pemandu yang tetap tinggal di pulau. Dengan berat hati, saya melepas kepergian teman-teman peserta trip lain. Mana orangnya pada asyik-asyik pula! Ya sudahlah, semoga suatu saat bisa nge-trip bareng lagi. Amin. Kami pun saling melambaikan tangan hingga perahu pun mulai hilang di kejauhan. Lalu, bagaimana nasib saya selanjutnya? Simak kisahnya di sini, ya. Namun untuk saat ini, sepertinya saya harus merenung sesaat dulu, memikirkan bagaimana cara menghabiskan sisa waktu di Maldives-nya Madura ini.
Comments
Post a Comment